Sahabat yang Baik Hati
Betapa
enak nya menjadi orang kaya.Semua ada. Semua kemauan akan terpenuhi. Semua
Tersedia untuknya, seperti Dina, dia
anak orang kaya raya. Diantar jemput naik mobil mewah serta supir nya.
Meskipun
dia hidup bermewah mewahan, tetapi ia tidak sombong kepadaku atau kepada teman
teman kami yang lainnnya. Dia mencerminkan sifat orang tua nya yang sangat
ramah. Dia tidak pernah memilih soal bergaul. dia selalu bergaul dengan siapa
aja yang ada didekatnya.
Jadi,
Di
pagi hari saat aku memasuki ruang kelas, biasanya sebelah ku tidak ada orang,
tapi tiba tiba ada tas dan seorang cewek, aku gak kenal, aku tidak pernah
melihatnya di sekolah ini. dengan memberanikan diri aku menyapanya.
"Hai,
kamu siapa ya?"
"Hai,
aku murid baru dikelas ini, perkenalkan nama ku Dina" Jawab Dina sambil
menjulurkan tangan kepadaku.
Kami
bersalaman.
"Oh,
murid baru toh, Aku cika. kupikir ntah siapa tiba-tiba ada ddisebelahku, sorry
ya. bukan maksud apa apa tadi".
"Oh
iya iya gapapa kok, santai aja" Jawab Dina dengan memberi senyuman lebar
kepadaku.
"TETTT"
bunyi bell sekolah berbunyi. Kami semua duduk dengan rapi menunggu bu Rasmi
guru pelajaran Bahasa Indonesia serta guru wali kelas kami.
"Selamat
pagi anak anak"
"Selamat
pagi buuu" jawab kami serempak.
"Katanya
dikelas ini ada murid baru yaa? ayo perkenalkan diri kamu." Kata bu Rasmi.
Tanpa
basa basi Dina langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya.
"Hai
teman-teman perkenalkan nama saya Dina Agrina, saya pindahan dari Jakarta,.......dst"
Ucap dina memperkenalkan dirinya.
Oh
iya, saat Dina masuk ke kelas ini, semua mata anak cowok di kelas kami tertuju
padanya. Karena Dina ini sangat memenuhi karakter cowo cowo dikelas kami
pastinya. Dia tinggi, berkulit putih agak ke merahjambuan, rambut pirang, tajir
banget, hidung mancung. Dia pasti sangat memenuhi karakter cowok cowok dikelas
kami.
(Saat
Bel Istirahat)
"Din,
kekantin yuk, sekalian kita keliling keliling sekolah ini, biar kamu tau seisi
sekolah ini"
"Boleh,
makasih ya udah ngajak aku" jawab Dina dengan ramah.
Aku
sedikit heran kok bisa yaa orang secantik dan sekaya dia sangat ramah dan baik
hati. hebat hebat ucapku dalam hati.
Setelah
capek kami keliling keliling sekolah, aku dan dina kembali kekelas dan duduk
seperti biasa, menunggu bell masuk.
"Din,
aku heran deh sama kamu..."
"Heran
kenapa cik?" Jawabnya penasaran.
"Ga
ada, aku heran aja. Kenapa orang secantik dan sekaya kamu sangat baik hati,
sedangkan yang biasa biasa aja malah sombong" ucapku
Dia
hanya tertawa kecil.
"Kok
tertawa sih? aku serius. kok bisa ya. haha"
"Gada
apa apa kok cika, aku biasa biasa aja,aku memang kayak gini dari dulu"
ujarnya sambil tersenyum.
"Pasti
kamu punya banyak temen yaa? yakan.."
"Ga
juga, dulu waktu SMP aku punya banyak temen, tapi cuma karna harta aku, jadi
pernah dulu papaku bangkrut, karena mereka tau, jadi satu per satu mereka semua
menjauh." dengan muka sedikit sedih.
"Eh kok aku jadi curhat ke kamu ya,
sorry yaa.." katanya lagi.
"Gak
apa apa kok din, kan gapapa sih kita saling curhat, bener ngga?" jawabku.
"Iya
juga sih cik hehe" sambil tersenyum kepadaku.
Setiap
hari kami selalu bersama dan bersama, pada suatu saat, selama seminggu Dina ga
dateng. Aku bingung. Aku khawatir kepadanya. Di bm ga deliv, telfon hp nya gak
aktif, dan aku mencoba nanya pada guru wali kelas ku.
(Diruang
guru)
"bu,
Dina kenapa ga dateng dateng selama seminggu lebih?" tanyaku penasaran.
"Tidak
apa apa cika, kamu tenang aja" jawab bu Rasmi.
Aku
mengucap dalam hati "Pasti ada yang di sembunyiin".
"Oke
bu, makasih ya bu'' ucapku sambil meninggalkan ruang guru.
Aku
berfikir saat pulang sekolah aku harus kerumah dina, harus.
"TET!"
Bunyi bell saat pulang sekolah. Tanpa basa basi aku langsung nyetop taksi dan
kerumah Dina. Rumah nya dijalan Anggrek No.5
Saat
taksi berhenti tepat dirumah Dina aku langsung mencet bell dan manggil manggil
dina.
"Dina!Dina!"
ucapku khawatir.
"Maaf,
mbak siapanya non Dina yah?" kata pembantu nya Dina, Bi Sri.
"Bi,
aku temen nya Dina, Cika yang sering kesini bareng dina bi."
"Oh
iya mbak, silahkan masuk"
Tanpa
basa basi apa apa, aku langsung naik ke atas dan langsung ke kamar dina. aku
seperti ini udah biasa, udah seperti rumah sendiri karna aku hampir setiap hari
kerumah Dina.
"Din,
kamu kenapa?" ucapku sambil melihat Dina terbaring lemas, pucat, dan lesu.
"Kamu
kenapa Din?" ucapku mengulangi
Dina
hanya tersenyum dan berkata:
"Gak
apaapa kok cik, gausah khawatir gitu" ucapnya dengan suara pelan.
"Apanya
yang gak apa apa din, kamu lemes pucat gini, apa gak dibawa ke dokter?"
"Udah
gapapa cik, aku udah bosan ke dokter, bosan" dina menjawab dengan tertawa
kecil. Dina emang baik sekali, saat dia sakit dia masih sempat tertawa buat
membahagia kan ku.
Dengan
penasaran aku keluar kamar Dina, dan langsung kebawah menemui mama nya Dina.
"Tan,
ada apa dengan Dina tan? jujur aja sama cika tan"
Dengan
air mata berlinang di mata Mamanya Dina, ia menjawab:
"Cika,
sudah lama Dina itu mengedam penyakit leukimia, sejak SMP dia sering seperti
ini, tapi dia tidak pernah menangis atau mengeluh sedikitpun" ucap mama
nya Dina sambil menangis.
"Semalam
Cika ke rumah sakit, dokter memvonis dia Leukimia udah stadium 4, hidupnya
diperkirakan tinggal 4 hari lagi" jawab lagi mama nya Dina sambil nangis dan terduduk lemas.
"Apa
tan? leukimia? tinggal 4 hari lagi?" tanpa disengaja air mata ku jatuh
membasahi pipiku. Aku tak tau harus bagaimana lagi. aku lari ke kamar
dina."Din, kamu kok ga bilang kalau kamu sakit?"
"Aku
ga sakit cik" sambil tersenyum lebar kepadaku dan aku menangis.
"Yaudah,
aku pulang dulu ya. aku di cariin dirumah sama mamaku, kamu cepat sembuh ya
din, aku sangat sunyi disekolah ga ada temen" ucapku berusaha tidak
menangis.
"Iya
iya cika, kamu tenang aja, aku sehat sehat aja kok, hati hati ya di jalan"
"Iya
Din, makasih ya. sekali lagi, kamu cepet sembuh ya" jawabku
Dina
senyum kepadaku.
(Sampai
dirumah)
Aku
langsung masuk kamar, dan menangis membayanmgkan bagaimana kalau tidak ada Dina
lagi, dia sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Aku terus menangis jika
membayanginya.
BEBERAPA
HARI KEMUDIAN.
"Kringgggg"
suara hp ku berdering saat aku sedang tidur tepat jam 04:00 WIB. Aku terkejut
ternyata yang nelpon adalah mamanya Dina!
Dengan
meyakinkan diri aku menjawabnya.
"Halo
tan, ada apa dengan Dina?" ucapku hampir menangis.
Terdengar
suara mama nya Dina menangis seperti orang gila.
"Cika,
Dina.. cika, dinaa..."
"Kenapa
dengan dina tan?" aku yakin pasti ini kabar buruk.
"Dina,
dina..Dina meninggal cik"
"Meninggal?"
tanpa sengaja aku menjatuhkan bb nya dan langsung siap siap menuju kerumah Dina
dengan mata bengkak yang sedang menangis.
(SAMPAI
DIRUMAH DINA)
aku
masuk, dan melihat Dina yang tidak bernyawa, pucat dan sekujur tubuhnya ditutupin kain putih. Aku tak tahan
meliatnya aku langsung menangis dan memeluk mama nya dina. Sambil menangis aku
berkata:
"Yang
sabar ya tante, Dina pasti tenang, dia orangnya sangat baik"
"Iya
iya cik" mama nya Dina mencoba buat tenang.
Hari
hari tanpa sahabat ku Dina terasa sepi, tak ada yang membuatku tertawa
disekolah seperti biasanya. Aku menjadi sering membayangkan dina yang dulu dan
langsung menangis tanpa disengaja. Ternyata persahabatan aku dengan Dina
persahabatan singkat sampai mati. Iya, ini namanya persahabatan singkat seperti
Aku dan Dina..
Karya : Ivan kelas 8B
0 komentar:
Posting Komentar